Perjalanan Ke Jepang Day 2 – Danau Kawaguchiko dan Fujiyama

Melanjutkan postingan trip saya di Jepang yang sebelumnya, kali ini saya menceritakan perjalan hari ke 2 saya di Jepang. Kalau hari ke-1 fokus di city tour, Hari ke-2  ini sudah mulai jalan ke luar Tokyo untuk melihat Gunung Fuji/Fujiyama via Danau Kawaguchiko (Yama = Gunung dalam bahasa Jepang).

 

Perjalanan ke Kawaguchiko

Seperti ada yang kurang kalau ke Jepang tetapi tidak ke Fujiyama, jadinya salah satu destinasi yang saya kunjungi adalah Fujiyama. Fujiyama yang saya maksud ini hanya melihat dari sekitar Fujiyama saja, bukan mendaki ke puncak Fujiyama. Pemandangan yang bagus untuk melihat Fujiyama sebenarnya bisa dari beberapa spot, tetapi sebagian besar orang melihat Fujiyama dari Danau Kawaguchiko atau Kota Hakone. Akhirnya saya memilih melihat Fujiyama via Danau Kawaguchiko karena bisa ditempuh hanya dengan menggunakan kereta. Kalau ke Kota Hakone harus menggunakan bis.

Untuk perjalanannya sendiri, saya berangkat dari apartemen ke stasiun kereta api terdekat lalu ambil kereta yang ke arah gunung Fuji. Total perjalanan sampai ke stasiun kawaguchiko membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Walaupun pejalanan cukup lama, tetapi perjalanan ke sananya tidak terasa karena pemandangannya sangat bagus. Gabungan antara perbukitan, bunga, sungai, rumah dan tentunya gunung Fuji (kalau sudah dekat tujuan)  membuat mata jadi segar dan sehat. FYI, kata teman saya, kalau lagi musim gugur, pemandangan bukitnya jadi lebih oke karena bukitnya menjadi berwarna-warni sesuai warna daun yang akan gugur.

Pemandangan Ke Kawaguchiko

Pemandangan Ke Kawaguchiko

Saat ke kawaguchiko, keretanya sempat transit di dua stasiun. Stasiun transit pertama yaitu Stasiun Otsuki. Di stasiun ini, saya ganti kereta dan beli tiket tambahan (kurang lebih tambah 1.000 Yen) karena sudah masuk ke line kereta arah kawaguchi sehingga tiket JR East Pass saya sudah tidak berlaku. Desain kereta yang saya naiki dari stasiun ini juga berbeda, desain eksterior dan interior nya ceria banget. Keretanya didesain untuk anak-anak karena tampaknya Fujiyama banyak dijadikan tempat piknik bagi orang Jepang yang kebanyakan membawa anak-anak. Ada dua pilihan desain kereta, yang pertama desain Thomas & Friends dan yang kedua desain Fujiyama train (Ini penamaan asal saya saja, haha). Akhirnya saya memilih untuk naik kereta Thomas & Friends karena memang untuk jam keberangkatan selanjutnya memang pakai kereta Thomas itu sih, haha.

Stasiun Transit ke KawaguchiStasiun Otsuki, Stasiun Transit ke Kawaguchi

Stasiun Otsuki, Stasiun Transit ke Kawaguchi

Kereta Thomas & Friends dan Kereta Fujiyama

Kereta Thomas & Friends dan Kereta Fujiyama

Desain Kerta untuk "Anak-anak"

Desain Kereta untuk “Anak-anak”

Setelah ganti kereta, kereta akan transit lagi di stasiun transit yang kedua yaitu stasiun Fuji Q. Yap, disini adalah stasiun tempat theme park Fuji Q Highland, yang didalamnya banyak wahana kereta-kereta ekstrim. Dari luar sudah terlihat bagaimana hebohnya wahana di Fuji Q, rel keretanya super tinggi dan super cepat. Sayangnya Fuji Q Highland tidak masuk dalam itinerary saya karena theme park sudah diwakilkan nanti di Universal Studio Osaka nanti. Tadinya mau berhenti sebentar ke gate nya buat foto-foto ala anak-anak Hormones, tapi tidak jadi gara-gara takut menunggu jadwal kereta berikutnya yang agak lama, haha. Mungkin next trip harus diagendakan ke Fuji Q Highland.

Roller Coaster Fuji Q (Tampak Luar)

Roller Coaster di Fuji Q Highland (Tampak Luar)

 

Danau Kawaguchiko dan Fujiyama

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam, akhirnya sampai juga di Stasiun Kawaguchiko. Di dalam Stasiun Kawaguchiko terdapat restaurant dan juga information center. Kalau sedang jalan-jalan di Jepang, terutama di tempat-tempat wisatanya, tidak perlu khawatir akan nyasar karena biasanya bakal ada information center yang terletak di tempat dimana orang menginjakkan kaki pertama kali di daerah wisata tersebut. Di Information center ini menyediakan berbagai informasi dari mulai transportasi, penginapan, spot wisata, peta wisata dan juga sudah tersedia jelas harga tiket masuk setiap spot atau harga transportasinya. Jadi tidak perlu khawatir kena tipu harga atau kena tipu calo. Di sini juga ada petugas yang siap menjawab pertanyaan dalam Bahasa Inggris. Jarang-jarang kan ada orang Jepang yang bisa diajak bicara menggunakan Bahasa Inggris :p.

Untuk menjangkau spot-spot wisata dari stasiun kawaguchiko bisa menggunakan bis wisata yang sudah disediakan.Saya membeli tiket bis terusan seharga 1.200 Yen yang berlaku selama 2 hari dan bisa menjangkau seluruh area. Area di danau kawaguchiko ini memang sangat luas dan di pinggir danaunya banyak spot-spot yang bisa dikunjungi. Jalur bis yang saya beli ini sebenarnya sudah mencakup 2 danau yaitu Danau Kawaguchiko dan Danau Saiko. Idealnya memang di kawaguchiko ini butuh waktu 2 hari untuk menjangkau semua area termasuk ke danau saiko. Tetapi berhubung jadwal di Jepang cukup padat jadi ya dihabiskan 1 hari saja.

Peta Wisata Kawaguchiko. Sumber: http://bus-en.fujikyu.co.jp/

Peta Wisata Kawaguchiko. Sumber: http://bus-en.fujikyu.co.jp/

Bis Kawaguchiko

Bis Kawaguchiko

Inti perjalanan di Kawaguchiko adalah berburu foto Fujiyama dan bunga sakura. Fujiyama jika dilihat dari danau kawaguchiko itu sangat fotogenik, cocok buat background foto kalender. Di pinggiran danau juga masih banyak bunga sakura yang masih full bloom, jadinya bagi yang mau foto ama sakura silahkan ambil sebanyak-banyaknya disini. Destinasi awal saya adalah ke Natural Living Center yang terletak di tujuan paling akhir. Isi dari Natural Living Center ini kebanyakan oleh-oleh makanan maupun souvenir, saya juga kurang paham kenapa diberi nama Natural Living Center. Nah, di halaman Natural Living Center ini adalah spot yang bagus untuk foto-foto dengan Fujiyama dan Danau Kawaguchiko.

Natural Living Center

Natural Living Center

Fujiyama dan Danau Kawaguchiko

Fujiyama dan Danau Kawaguchiko

Setelah puas foto-foto di Natural Living Center, lanjut ke spot berikutnya. Sebenarnya di kawaguchiko ini saya hanya menelusuri pinggiran Danau Kawaguchiko. Di sekitar Danau Kawaguchiko banya pemandangan yang menarik seperti: pohon sakura, taman, kolam, jembatan dll. Pokoknya kebanyakan adalah tempat natural. Selain itu, terdapat juga stand tempat orang berjualan makanan ataupun souvenir. Di pinggiran danau juga banyak orang-orang yang bermain air atau sekedar piknik bersama keluarga.

Berburu Sakura di Kawaguchiko

Berburu Sakura di Kawaguchiko

Stand Makanan dan Souvenir

Stand Makanan dan Souvenir

Setelah puas foto-foto dan jalan menyusuri pinggiran Kawaguchiko, saya akhirnya memutuskan untuk kembali karena sudah mulai sore. Sebenarnya di sekitar Kawaguchiko banyak juga spot lainnya seperti museum, onsen, kereta gantung dll tetapi itu saya skip karena fokus perjalanan ini adalah alam jadinya lihat-lihat pemandangan saja.

Selama di Kawaguchiko, saya hanya memakai bis wisata total 2 kali yaitu: dari stasiun kawaguchiko ke Natural Living Center (saat berangkat) dan yang kedua dari halte di depan hotel ke convenience store terdekat (saat balik), sisanya ditempuh dengan jalan kaki. Oiya, selama di Jepang, baru di Kawaguchiko ini saya merasakan bis yang datang tidak sesuai dengan jadwal ada di papan petunjuk. Dan ketika sekalinya bis datang, banyak penumpang sehingga saya harus menunggu bis berikutnya. Selain itu, saat menunggu bis dari convenience store ke Stasiun Kawaguchiko membutuhkan waktu yang sangat lama sehingga saya memutuskan untuk berjalan kaki ke Stasiun Kawaguchiko. Tapi overall, bisnya masih sangat nyaman dan enak jika dibandingkan dengan bis di Indonesia.

Saat menunggu kereta balik di Stasiun Kawaguchiko, saya sempat mencoba udon di restaurant nya. Rasanya biasa saja, gak recommended tapi karena lapar jadinya habis juga, haha. Ketika balik waktu sudah menunjukan jam 5 sore, walaupun cuaca saat itu lumayan dingin tetapi di dalam kereta tetap terasa hangat. Ternyata selain ada penghangat di atas, di bawah jok tempat duduk keretanya juga ada penghangat sehingga pas duduk pantat terasa hangat dan tidur pun jadi nyenyak, haha. Jadi kalo teman-teman pada bingung fungsi kotak di bawah tempat duduk commuter line di Indonesia itu untuk apa? Ternyata itu bisa berfungsi  jadi penghangat. Mungkin berhubung di Indonesia tidak ada musim dingin jadi tidak pernah dinyalakan penghangatnya :p.

 

Makan Malam Tempura

Menu Tempura Restaurant Dekat Apartemen

Menu Tempura Restaurant Dekat Apartemen

Ketika sampai di stasiun dekat apartemen, teman saya mengajak makan di restaurant tempura langganannya di dekat stasiun. Berhubung saat di Kawaguchiko, saya hanya makan onigiri convenience store dan udon di Stasiun Kawaguchiko, perut masih terasa lapar. Dan ternyata di restaurant ini tempuranya enak: gorengannya crunchy, seafood nya gak amis dan bumbu tempuranya berasa. Harga 1 porsi nya berkisar antara 500-700 Yen, tergantung dengan pilihan gorengan yang ada diatasnya. Akhirnya, perjalanan hari ini ditutup dengan makanan yang enak dan tidur pun berasa nyenyak. Yeay 🙂

 

Perjalanan Ke Jepang Day 1 (Kawasaki, Skytree, Sensoji Temple, Akihabara,Yokohama)

Yak, dalam rangka resolusi tahun 2016, saya akan menulis hutang tulisan blog perjalanan ke Jepang tahun lalu. Postingan ini lanjutan dari postingan perjalanan ke Jepang sebelumnya disini. Untuk hari pertama di Jepang, destinasi yang dituju kebanyakan city tour saja di daerah-daerah Tokyo. Maklum masih jet lag pesawat, adaptasi cuaca dan adaptasi transportasi juga. Jadinya masih kalem, belum ke tempat yang jauh-jauh.

Haneda Airport

Setelah 7 jam perjalanan, akhirnya sampai juga di Jepang, tepatnya di Bandara Haneda. Model bandara haneda seperti tipikal bandara modern yang banyak didominasi warna metalik, kurang lebih seperti terminal 3 soetta lah tetapi dengan ukuran jauh yang lebih besar. Hal yang dilakukan setelah landing adalah cari wifi gratisan bandara untuk checkin path memberi kabar ke orang rumah kalau saya sudah sampai dengan selamat dan juga foto-foto tipikal turis karena banyak huruf Jepang (hehe).

20150411_062729

Haneda Airport (Tampak Dalam)

IMG_0062

Haneda Airport (Tampak Luar)

Selagi menunggu teman saya yang akan menjemput di bandara, saya membeli tiket Japan Railway (JR) kanto pass. Jadi tiket JR kanto pass ini berlaku untuk menggunakan kereta khusus line JR di daerah kanto (Tokyo dan sekitarnya). Saya membeli tiket JR Kanto pass dengan harga 8,300 Yen yang berlaku selama 3 hari untuk naik kereta termasuk shinkansen. Jadi nanti selama di Tokyo saya tidak perlu mengeluarkan biaya untuk transportasi kereta karena sudah tercover dengan JR kanto pass ini. (Note: terdapat beberapa line yang tidak tercover oleh pass ini, tetapi hanya sedikit sih, sebagian besar sudah tercover). Selain itu, saya juga membeli tiket ke snow resort Gala Yuzawa di loket JR Kanto Pass tersebut. Jadi, ternyata sedang ada promo, kalau beli tiket JR Kanto pass bisa dapat tiket ke snow resort Gala Yuzawa dengan hanya menambahkan 1,000 Yen.

IMG_0068

Tiket JR Kanto Pass

Kereta Jepang

Tujuan pertama sebelum jalan-jalan adalah ke apartemen teman saya untuk meletakkan barang-barang. Lokasi apartemen teman saya ada di kota Kawasaki yang terletak di luar Tokyo (Semacam Bekasi nya Jakarta gitu). Walaupun letaknya ada di luar Tokyo, tapi dengan kereta semua lokasi dapat terjangkau dengan cepat. Selama perjalanan ke apartemen, saya belajar cara menggunakan kereta di Jepang. Intinya sih gabungan antara menggunakan aplikasi hyperdia + memilih line + melihat jadwal kereta. Berikut adalah tutorial singkat penggunaan kereta di Jepang:

  1. Masukkan stasiun awal & stasiun tujuan di aplikasi. Aplikasi akan menunjukkan beberapa alternatif pilihan ke tujuan, biasanya opsi tersebut terdiri dari kombinasi antara waktu, line dan stasiun.
  2. Pilih salah satu opsi yang ditawarkan oleh aplikasi. Nantinya akan keluar jam kedatangan kereta dan line kereta (biasanya ditandai dengan warna).
  3. Lihat waktu kedatangan kereta dan line kereta di aplikasi
  4. Cocokkan waktu kedatangan kereta dan line di papan petunjuk. Jadi kalo di Jepang, cara melihat kereta itu dengan menggunakan jadwal, line dan tujuan keretanya. Berhubung waktu kedatangan kereta sangat tepat waktu, jadi bisa dijadikan patokan untuk mengetahui bahwa kereta itulah kereta yang akan kita gunakan. Selain itu lihat juga line kereta yang akan digunakan, biasanya line akan ditandai dengan warna tertentu dan ada di jalur tertentu. Jadi jangan sampai tertukar line nya. Dan yang paling penting adalah tujuannya, jangan sampai waktu udah benar, line udah benar tetapi salah arah ke stasiun yang arahnya berlawanan.
  5. Antri dan naik keretanya
20150411_065906

Peta Jalur Kereta Jepang dan Mesin Pembelian Tiket

Buat saya, naik kereta di Jepang itu pengalaman yang sangat menarik. Kereta di Jepang itu salah satu public transportation yang perlu dicontoh. Ketepatan waktu, area jangkauan, desain sistem, kebersihan, ketertiban, pelayanan petugasnya dan semuanya. Jarak kereta yang satu dengan kereta berikutnya hanya beda 2-3 menit, jadi kalo ketinggalan kereta atau keretanya sudah penuh ya selow aja, masih ada kereta berikutnya. Jarang banget keretanya telat dan kalaupun telat langsung ada pengumumannya dan si petugas langsung hormat-hormat minta maaf. Selain itu, area jangkauannya juga sangat luas, semua daerah hampir bisa dijangkau oleh kereta di Jepang. Kalau interior keretanya, pasti orang indonesia sudah familiar dengan kereta Jepang ini. Bentuknya sama persis dengan commuter line nya indonesia karena gerbong commuter line nya indonesia kan impor dari Jepang, jadinya feels like home haha. Jadi, kalo teman-teman lagi kangen jalan-jalan ke Jepang, naik aja commuter line pasti rasa kangennya sedikit terobati (haha). Semoga Indonesia bisa cepat mencontoh public transportation di Jepang ini deh. Amiin.

Kawasaki – Apartemen Khas Jepang

Setelah kurang lebih perjalanan 30 menit sambil bawa koper besar, akhirnya saya sampai ke apartemen. Jarak dari stasiun ke apartemen tidak begitu jauh, hanya butuh waktu 5 menit dengan jalan kaki. Nah, perjalanan dari stasiun ke apartemen ini, kita bisa melihat kehidupan sehari-hari orang Jepang. Banyak anak kecil dan sailor moon murid SMP/SMA pergi ke sekolah, ibu-ibu belanja ke pasar naik sepeda keranjang, dan bahkan orang jualan ubi keliling pake mobil seperti di Sinchan juga ada, haha.

Apartemen teman saya terletak di bangunan yang terdiri dari 5 lantai. Apartemen teman saya ini terdiri dari 2 kamar tidur, ruang makan+dapur dan 1 kamar mandi. Di depan pintu ada area khas Jepang untuk ganti sepatu/sandal ke selop. Di dalam kamar tidur hanya ada lemari kain dan meja komputer, jadi untuk tidur menggunakan kasur lipat. Oiya, pintu separator nya pake pintu geser seperti di komik doraemon walaupun tidak menggunakan kertas sih, jadi gak gampang robek pintunya. Kamar mandinya walaupun cuma 1 tapi di dalamnya dibagi jadi 3 bagian: ruang mandi, ruang BAB, dan ruang wastafel+cuci baju. Sangatlah efektif, jadinya jarang antri kamar mandi. haha

Sky Tree

Destinasi kedua adalah skytree yang terletak di daerah Asakusa. Skytree ini sebenarnya adalah menara untuk siaran TV/radio tapi di atasnya terdapat observastion desk, jadi bisa melihat Tokyo dari atas. Skytree bisa dituju menggunakan kereta, berhubung saya masih menggunakan JR Kanto Pass jadinya tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi lagi.

IMG_0076

Menara Skytree

Di bawah skytree terdapat mall yang langsung terhubung ke skytree nya. Isi mall nya seperti mall pada umumnya, kebanyakan sih jual oleh-oleh khas Jepang. Saya mencoba mencari pintu masuk skytree yang berada di atas mall. Setelah dilihat ternyata untuk naik ke atas perlu bayar 2,000 Yen dan saat itu antriannya sangat panjang. Jadi saya tidak jadi untuk naik ke atas skytree, cukup foto-foto saja di sekitar skytree nya. Sebenarnya kalo mau foto skytree dari bawahnya agak susah karena jaraknya terlalu dekat jadinya fotonya seringnya kepotong atau blur karena backlight.

20150411_120943

Saluran Air dan Pedestrian Walk

20150411_120458

Perempatan Asakusa

Setelah dari skytree, destinasi selanjutnya adalah Sensoji Temple. Dari skytree ke sensoji temple jaraknya cukup dekat, sekitar 30 menit dengan jalan kaki. Selain itu, bisa melihat banyak pemandangan yang cukup menarik seperti saluran air dan pedestrian walk. Oiya di perjalanan dari skytree ke Sensoji Temple ini saya akhirnya menemukan kumpulan pohon sakura yang masih lumayan banyak bunga sakuranya. Harap maklum, saya ke Jepang seminggu setelah sakura full bloom jadinya kebanyakan pohon sakura yang dilihat sudah setengah rontok. Nah, di sebelah sungai ini ada barisan pohon sakura yang bunganya masih banyak. Akhirnya bisa foto-foto dengan pohon Sakura. Disini juga bisa dapet foto skytree yang lebih bagus.

20150411_123622

Pohon Sakura di Tepi Sungai

20150411_123244

Pohon Sakura Setengah Rontok

20150411_123605

Skytree Tampak Jauh

Sensoji Temple

Masuk ke area Sensoji Temple ditandai dengan banyaknya toko-toko souvenir di sebelah kanan-kiri jalan. Ketika saya datang, Sensoji Templenya lumayan ramai, mungkin karena pas weekend jadinya banyak orang yang datang untuk liburan maupun ibadah juga kali ya. Sensoji Temple ini adalah tempat ibadah agama Budha yang terkenal dengan lampion utama nya yang sangat besar. Lampion utamanya ada tiga yang terletak di pintu masuk temple. (FYI: kalo di Jepang, temple itu berarti tempat ibadahnya agama Budha dan kalo shrine berarti tempat ibadah agama Shinto). Untuk cari momen foto di lampion utamanya agak susah karena banyak orang yang lewat.

20150411_125000

Lampion Sensoji Temple

Di belakang gerbang lampion, ada kuil utama tempat orang-orang yang berdoa. Di kuil utama ini ada semacam kotak yang ada jerujinya, fungsinya jadi semacam “kotak amal” orang-orang untuk memasukkan uang koin. Jadi cara ibadah yang sering saya liat: pertama lempar koin ke kotak amal, tepuk tangan dua kali, lalu berdoa. Di dalam kuil ini ada loket tempat penukaran uang koin dan juga tempat penjual jimat. Kebetulan di kantong ada koin 500 rupiah, jadi bisa ikut memasukkan koin 500 ke kotak amal nya. hehe. Di belakang kuil utama Sensoji ada taman dan menara yang arsitekturnya khas Jepang. Selain itu, di belakangnya banyak orang berjualan jajanan khas jepang.

DCIM140GOPRO

Pengunjung Berdoa

IMG_0087

Koin 500 Rupiah dan Kotak Amal

Taman Sensoji

Taman Sensoji

Di belakang Sensoji Temple, tedapat tempat yang mirip ruko pasar baru. Konon kabarnya di ruko ini ada yang menjual ramen halal. Hah? Ramen kok halal? Yap, bagi yang belum tahu, bahan dasar kuah ramen pasti mengandung babi. Jadi walaupun judulnya ramen daging sapi tetap aja haram karena kuahnya mengandung babi. Tetapi buat ramen asakusa ini dijamin halal kok karena kedai ramen ini sudah disertifikasi halal. Kedainya agak kecil, hanya muat sekitar 5-7 orang. Pas waktu kami kesana kami harus menunggu orang yang di dalam selesai makan baru boleh masuk karena menunggu tempatnya. Kebetulan pengunjung yang sebelum kami orang Indonesia juga, jadi sempat ngobrol-ngobrol dulu, haha. Harga ramen halal ini 700 Yen, ada 3 pilihan: pake kuah, kuah setengah atau tidak pakai kuah. Rasanya enak, kurang lebih seperti mie ayam di Indonesia dengan tambahan nori, rebung, telur dan sayuran.

Ramen Halal Asakusa

Kedai Ramen Halal Asakusa

 

Akihabara

Dari Asakusa, saya langsung meluncur ke Akihabara. Akihabara ini merupakan pusat elektronik dan pernak-pernik anime di Jepang. Disini juga ada tempat-tempat yang terkenal seperti Gundam Cafe, AKB48 Cafe dan maid cafe. Berhubung di Jepang saya tidak berniat untuk beli barang elektronik dan masa-masa kegilaan terhadap anime saya sudah lewat (pas SMP/SMA), di Akihabara cuma sebentar saja. Oiya di tempat ini saya juga ke toko serba ada semacam daisho gitu untuk beli jajanan dan oleh-oleh seperti: maxim greentea, pocky greentea, oreo greentea, kitkat greentea (semuanya serba greentea, haha) dan payung waterfront. Payung waterfront ini warna-warni, ringan, bentuknya kecil & ringkas dan harganya pun tidak begitu mahal. Jadinya cocok untuk oleh-oleh (promosi haha).

Akihabara

Akihabara (Elektronik, Anime, Gundam Cafe, AKB48 Cafe)

IMG_0100

Payung Waterfront (Buat Oleh-oleh)

Yokohama

Destinasi terakhir di hari pertama adalah ke Kota pelabuhan Yokohama. Perjalanan ke Yokohama cukup lama yaitu menghabiskan waktu sekitar 1 jam dengan menggunakan kereta. Ke Yokohama memang direncanakan di malam hari karena mengejar lampu-lampu gedung dan theme park yang ada disana. Kabarnya kalau malam hari, kombinasi lampunya sangat bagus. Dan setelah sampai di Yokohama, memang gemerlap lampu di Yokohama tidak mengecewakan. Gabungan lampu Ferris Wheel, wahana, kapal dan gedung-gedung nya sangat fotogenik, sangat cocok untuk foto-foto prewed, haha. Kalau kota Yokohama sendiri memiliki jalan sangat lebar & luas dan gedung-gedungnya pun tidak terlalu berdempetan. Mungkin karena Yokohama ini kota baru kali ya, jadi memang tata letaknya lebih rapih jika dibandingkan dengan Tokyo.

Yokohama

Yokohama di Malam Hari

IMG_0103

Street Art di Depan Stasiun

Setelah puas foto-foto saya mencari makan di Yokohama dan pilihan saya jatuh di Yoshinoya. Memang dari awal, saya sudah ingin makan franchise ini, penasaran ingin membandingkan Yoshinoya di Jepang dan di Indonesia. Dan hasilnya, ternyata lebih enak Yoshinoya di Indonesia dibandingkan di Jepang. Entah kenapa Yoshinoya di Jepang kok terasa lebih hambar dan tidak ada gorengan dan sambalnya, haha. Satu set Yoshinoya di Jepang biasanya terdiri dari: Nasi, daging yakiniku, miso soup dan tamago (telor mentah). Cara makan orang Jepang juga unik yaitu: ambil daging, celup ke tamago+puter-puter di mangkoknya, lahap daging dan nasi nya dan yang terpenting adalah makannya harus antusias, haha.  Oiya, selama perjalanan dari theme park ke Yoshinoya kami melihat gang yang penuh dengan lampion-lampion China. Ternyata itu kawasan China town yang cukup terkenal di Jepang, Sayangnya waktu itu sudah lumayan malam jadinya tidak sempat mampir ke China Town itu.

Setelah puas jalan-jalan di Yokohama, saya dan teman-teman saya balik menggunakan kereta ke apartemen. Waktu tempuh dari Yokohama ke apartemen tidak terlalu lama karena Kawasaki terletak di antara Tokyo dan Yokohama jadi tidak sejauh saat berangkat dari Tokyo. Dan lumayan lah masa orientasi kami di Jepang untuk hari pertama, hehe. Sampai jumpa di tulisan Hari ke-2 dan seterusnya 🙂

Persiapan Perjalanan ke Jepang

Dalam rangka 40 harian kepulangan dari trip ke Jepang, saya akan menulis pengalaman perjalanan saya selama 8 hari di Jepang. Semoga tulisan ini bisa menjadi napak tilas di kemudian hari jika masih kangen/rindu perjalanan ke Jepang (haha :p). Untuk post ini, sepertinya fokus ke persiapannya terlebih dahulu karena ternyata bakal TLDR kalau semua cerita perjalanan diringkas dalam 1 post.

Pembelian Tiket

Terbang Bersama Garuda

Terbang Bersama Garuda

Wacana pergi ke Jepang diawali oleh ajakan teman saya di pertengahan tahun 2014. Jepang jadi tujuan menarik karena banyaknya objek wisata tradisional, modern dan tentu saja kuliner-nya. Oiya, pertimbangan lain saat itu karena saya ingin menjenguk (baca: nebeng) teman saya yang kebetulan sedang bekerja di Jepang. Realisasi awal perjalanan ini dimulai ketika sedang diadakannya pameran travel fair oleh Garuda sekitar pertengahan bulan November 2014. Saat itu teman saya mengajak saya untuk datang ke travel fair tersebut. Niat awal hanya lihat-lihat dulu jika ada tawaran yang menarik. Namun seiring dengan adanya promo harga tiket dan promo kartu kredit, akhirnya terbayarlah sudah tiket pulang pergi JKT(CGK)-TKY(HND).

Saya mendapatkan tiket pulang pergi Jakarta-Tokyo seharga USD 600. Dengan rate dollar saat itu, total harga yang perlu dibayar adalah sekitar IDR 7.200.000 (Sudah termasuk dapat potongan cashback dari promo kartu kredit BNI senilai IDR 300.000). Harga tiket tersebut sudah termasuk dengan bagasi 30 kg, makanan di pesawat (1 kali snack dan 1 kali makan besar) dan direct flight. Awalnya kami mendapatkan tiket Jakarta – Tokyo (Narita), tetapi setelah 1 bulan kami mendapatkan email dari travel agent bahwa bandara tujuan kami diganti menjadi Haneda. Perjalanan kami ke Jepang dilakukan selama 8 hari di awal april 2015 yaitu tanggal 10 – 18 April 2015. Konon kabarnya pada tanggal tersebut di Jepang sedang musim semi dan bunga Sakura sedang full bloom. Yeah, Jadi semakin semangat untuk pergi ke Jepang..!!

Pembuatan Visa

Setelah mendapatkan tanggal pasti perjalanan ke Jepang, langkah selanjutnya adalah membuat visa untuk pergi ke Jepang. Saya membuat visa ke Jepang sekitar H-1 Bulan keberangkatan yaitu sekitar awal Bulan Maret. Namun sebaiknya untuk pembuatan visa ini dilakukan lebih cepat lebih baik karena mungkin saja ada beberapa hal-hal kecil yang bisa menghambat pembuatan visa. Awalnya saya berniat untuk membuat e-passport agar tidak perlu membuat visa Jepang, tetapi ternyata e-passport dapat dibuat jika passport yang lama sudah mau habis. Bisa sih, buat e-passport baru, tetapi masa berlakunya sama dengan passport lama jadinya ya percuma saja dan biaya pembuatan e-passport lebih mahal dibandingkan biaya visa ke Jepang. Jadinya ya lebih pilih bikin visa Jepang saja. :p

Untuk pembuatan Visa Jepang ini secara umum mudah, detilnya dapat dilihat pada link berikut: http://www.id.emb-japan.go.jp/visa.html. Awalnya agak bingung dengan visa yang akan di apply apakah “visa kunjungan teman” atau “visa kunjungan wisata dengan biaya sendiri” karena selama di Jepang, saya berniat menginap di tempat teman saya. Akhirnya kategori visa yang saya apply adalah “Visa kunjungan sementara untuk kunjungan wisata dengan biaya sendiri” karena pada salah satu syarat pembuatan “visa kunjungan teman” harus membuat surat rekomendasi dari teman yang dikunjungi. Takutnya merepotkan teman saya dan malah salah isi walaupun template suratnya sudah ada.

Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi adalah sebagai berikut:

  1. Passport asli.
  2. Formulir permohonan visa (Sudah ada templatenya di web, hanya tinggal isi saja) dan Pasfoto (Sesuai spesifikasi di website).
  3. Fotokopi KTP.
  4. Bukti pemesanan tiket: Dapat menggunakan hasil booking tiket yang sudah dibeli.
  5. Jadwal perjalanan: Sudah ada templatenya di web. Jadwal ini merupakan jadwal secara umum tempat yang akan dikunjungi dan tempat menginap selama perjalanan. Sebaiknya tempat menginap yang ditulis sudah dilengkapi dengan print-out booking hotel supaya lebih meyakinkan.
  6. Fotokopi dokumen yang menunjukkan hubungan dengan pemohon: Yang saya lampirkan saat itu adalah fotokopi kartu keluarga dan fotokopi akta lahir.
  7. Rekening Tabungan: Rekening koran tabungan selama 3 bulan terakhir, bisa menggunakan print-out internet banking asalkan nama pemilik rekening dan nomor rekening terlihat jelas di dokumen. Untuk jaga-jaga, saat itu isi rekening tabungan disesuaikan agar total saldo di rekening lebih dari biaya yang dibutuhkan selama di Jepang.
  8. Surat Rekomendasi pegawai: Saya melampirkan fotokopi dokumen pengangkatan sebagai karyawan tetap di kantor.

Proses pembuatan visa membutuhkan waktu 3 hari kerja, saya memberikan berkas visa pada Hari Kamis dan visa bisa diambil pada Hari Rabu sehingga waktu pembuatan visa tepat 3 hari yaitu (Jumat, Senin dan Selasa). Biaya yang diperlukan untuk pembuatan visa sebesar IDR 320.000. Tempat pembuatan visa Jepang bertempat di kedutaan besar Jepang yang terletak di Jl. MH Thamrin, sebelah plaza Indonesia. Pemberian berkas apply visa dilakukan sebelum istirahat makan siang (pukul 08:00 – 12:00), sementara pengambilan visa dilakukan setelah jam istirahat makan siang (13:00 – 16:00). Jika mau cepat masuk, sebaiknya datang H-1 Jam sebelum pintu dibuka sehingga antriannya belum terlalu panjang.

Catatan:

Teman saya yang memiliki KTP Pekanbaru tidak bisa melakukan pembuatan visa Jepang di Jakarta dan harus apply di konsuler Jepang di Medan karena sudah terdapat pembagian area untuk pembuatan visa (Akhirnya teman saya ini menggunakan jasa travel agent). Jadi pemerintah Jepang sudah membagi area pembuatan visa di konsuler Jepang yang ada di Indonesia yaitu: konsuler Jakarta, Makassar, Medan, Denpasar dan Surabaya. Berikut adalah link pembagian provinsi untuk pembuatan visa di masing-masing area konsuler jepang: http://www.id.emb-japan.go.jp/conind.html. Jadi sebaiknya buat visa jauh-jauh hari supaya jika ada kejutan seperti ini ada spare waktu untuk mengurusnya.

Persiapan Itenerary

Peta Railway Jepang

Peta Railway Jepang

Selanjutnya persiapan yang cukup pelik dan menarik adalah membuat itinerary. Menarik karena itinerary ini menentukan tempat dan objek wisata yang akan dikunjungi sehingga bisa menjadi boosting semangat kerja sampai hari-H keberangkatan. Pelik karena harus memikirkan strategi perjalanan yang efektif dan efisien dari sisi finansial dan tenaga. Pembuatan itinerary adalah persiapan yang paling penting karena perjalanan ini dilakukan secara mandiri, tidak menggunakan jasa tour/travel.Terima kasih Imam dan Yudi yang sudah berperan banyak untuk pembuatan itinerary ini, saya sebagai dewan pengawas perjalanan Jepang ini merasa puas dengan itinerary yang dibuat (haha :p).

Pada Itinerary yang dibuat, sudah dicantumkan secara detil tempat yang ingin dikunjungi, waktu, transportasi yang akan digunakan dan biaya yang dikeluarkan. Untuk destinasi tempat wisata dapat mengacu pada website: www.japan-guide.com dan untuk jadwal kereta dapat melihat website: www.hyperdia.com. Overall pembuatan itinerary Jepang ini cukup mudah karena semua jadwal transportasi dan informasi tempat wisata dapat dilihat secara jelas di website terkait.

Langkah-langkah pembuatan itinerary yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

  1. Kumpulkan destinasi wisata yang diinginkan. Setiap orang punya tujuan favorit wisatanya masing-masing. Sebagian besar list tempat wisata kami adalah tempat ibadah (shrine atau temple), tempat metropolitan, dan alam.
  2. Kelompokkan tempat wisata yang letaknya berdekatan. Hal ini sangat penting untuk menekan biaya transportasi dan energi saat travelling. Jangan sampai dalam 1 hari tempat wisata yang 1 dan yang lain letaknya berjauhan.
  3. Atur urutan waktu tempat wisata. Hal ini juga penting karena ada beberapa tempat wisata yang bagusnya saat malam hari saja atau bagus dilihat saat masih ada cahaya matahari. Contohnya: Shibuya cross dan yokohama bagus dikunjungi saat malam hari karena banyak gemerlap lampu. Untuk Gunung Fuji dilakukan pagi-sore hari karena kalau malam Gunungnya sudah tidak kelihatan.
    Gunung Fuji dan Danau Kawaguchiko di siang hari

    Gunung Fuji dan Danau Kawaguchiko di siang hari

    Yokohama di Malam Hari

    Yokohama di Malam Hari

  4. Tentukan jenis dan jadwal transportasi yang akan digunakan. Hal ini penting agar kita tidak kebingungan saat moving dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu, dari sini kita dapat memperhitungkan waktu dan biaya yang akan diperlukan.
  5. Tentukan tempat makan. Hal ini penting untuk memperhitungkan budget dan juga agar tidak kebingungan saat di tempat tujuan. Saat di Kyoto sempat saya kelaparan karena bingung mencari makanan di daerah Gion dan akhirnya makan di McD. Selain itu, hal ini penting supaya kita tidak terlewat kuliner khas di suatu daerah. Selama di Jepang, sarapan selalu saya beli di convenience store (Sevel, familiy mart dll) biasanya Onigiri atau roti. Untuk makan siang dan malam beli di daerah wisata, biasanya 1 kali makan habis 700 – 900 Yen.

Itinerary ini juga akan menentukan apa saja yang harus di-booking atau dipersiapkan sebelum keberangkatan seperti: tiket bis+kereta, tiket theme park, uang saku, dll. Jika itinerary sudah selesai maka hal yang perlu dilakukan adalah melakukan booking kebutuhan selama di Jepang. Berdasarkan itinerary yang kami buat, hal-hal yang perlu kami booking adalah: tiket bis, tiket Universal Studio Jepang (USJ) dan portable wifi (untuk keperluan komunikasi). Selain itu, kami juga dapat memperkirakan jumlah uang Yen yang ditukarkan untuk bekal selama di Jepang.

Sebagai catatan: Itinerary yang kami buat lebih mementingkan kuantitas dibandingkan dengan kualitas (quantity over quality) karena terbatasnya waktu dan banyaknya tempat yang ingin kami kunjungi. Maksudnya “quantity over quality” adalah kami lebih ingin mengejar ke banyak tempat, sehingga mungkin di setiap daerah wisata kami tidak begitu meresapi atau membaca detil sejarah atau latar belakang suatu tempat. Bahkan kalau dilihat-lihat, jadwal kami cukup ambisius karena dalam sehari bisa mengunjungi 6-7 tempat wisata. Tetapi walaupun agak “ngebut”, perjalanan nya tetap menyenangkan dan asik kok hehe.

Packing Barang

Koper yang dibawa

Koper yang dibawa

Saran saya adalah manfaatkan bagasi yang sudah diberikan oleh pihak maskapai. Bagasi yang diberikan oleh Garuda saat itu adalah 30 kg, Jadi bawalah koper yang dapat menampung barang bawaan sekitar 30 kg walaupun barang yang kita bawa di awal tidak sampai 30 kg. Spare tersebut untuk menampung barang belanjaan yang kita beli selama di Jepang. Karena menurut saya, jangan pernah meremehkan naluri belanja orang Indonesia yang ada di dalam diri kita. Walaupun niat awal hanya perlu bawa oleh-oleh atau belanjaan sedikit, tapi niscaya saat pulang koper kita akan penuh barang-barang belanjaan. Entah itu untuk oleh-oleh orang lain ataupun barang belanjaan kita sendiri. Hidup orang Indonesia. Haha :p

Sebelum berangkat juga sebaiknya kita memperhatikan terlebih dahulu cuaca dan suhu di tempat tujuan. Saat saya kunjungi, Jepang sedang musim semi, Kata orang-orang sih suhu di musim semi sudah cukup hangat (bagi orang jepang). Tetapi bagi orang-orang Indonesia apalagi orang Bekasi Jakarta seperti saya, udara musim semi itu lumayan dingin. Saran saya lihat suhu dulu di negara tujuan, kalau suhu masih belasan, saran saya tetap bawa baju yang tahan angin. Saat saya jalan-jalan di Jepang, saya selalu memakai baju dalam, kaos, sweater dan jaket parasut.

Oiya, Saran terakhir: Jangan lupa bawa SAMBEL SACHET..!! (haha..)

Kurang lebih itu adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk jalan-jalan ke Jepang. Semoga informasinya dapat berguna dan Selamat jalan-jalan. 🙂

Post perjalanan Hari ke-1 bisa dilihat disini.

Etika Menonton Tenis

Detik ke-6 sampai ke-9: Penonton Kembali Tenang Saat Pemain Memulai Service

Awalnya saya juga merasa aneh dengan peraturan yang ada saat menonton pertandingan tenis. Kalau biasanya saat menonton sepak bola atau bulutangkis, kita bisa bebas melakukan sorak sorai dukungan menggunakan media apapun: teriakan, peluit bahkan ada yang bawa drum (Ciri khas supporter Indonesia banget nih, haha). Yak, pada olahraga tenis tidak hanya pemain yang harus ikut peraturan tetapi para penontonnya juga harus mengikuti aturan yang ada. Entah dari mana asal muasal peraturan ini tetapi sampai saat ini di pertandingan internasional pun “etika” ini masih berlaku.

Etika pertama yang harus dipatuhi oleh para penonton tenis adalah penonton harus diam saat pertandingan berlangsung, tepatnya saat bola masih dipukul oleh para pemain. Biasanya para penonton baru boleh berbicara atau bertepuk tangan setelah salah satu pemain telah mencetak skor. Itupun setelah pemain mau memulai service kembali maka penonton harus dipastikan tidak bersuara agar kondisi lapangan menjadi tenang. Bahkan pemain berhak tidak melakukan service dan melakukan protes kepada wasit untuk memerintahkan para penonton kembali tenang.

Konon kabarnya hal ini diperuntukkan agar konsentrasi para pemain tidak terganggu oleh sorak sorai penonton. Padahal menurut saya, konsentrasi saya juga tidak terganggu kok kalau penonton memberikan support berupa sorak sorai saat pertandingan berlangsung. Palingan waktu service saja sih yang penontonnya tidak boleh berisik karena butuh konsentrasi tinggi (Sama aja ya, hehe). Mungkin karena saya orang Indonesia yang tumbuh kembang di lingkungan bulutangkis sehingga sudah terbiasa dengan sorak sorai penonton saat pertandingan.

Etika lain yang dilakukan perlu dilakukan penonton tenis adalah penonton tidak boleh masuk ke lapangan ketika permainan sedang berlangsung. Catatan: Peraturan ini berlaku di permainan yang tidak resmi saja. Kalau di permainan resmi sudah jelas bahwa penonton tidak boleh masuk ke lapangan. Peraturan kedua ini murni dari pengamatan saya saja sih. Ketika sedang menonton pertandingan tenis, sparing partner atau latihan, banyak orang yang berlalu lalang untuk menyebrang lapangan dan sebagainya. Walaupun orang tersebut hanya lewat di belakang ataupun di samping, tetap saja hal tersebut tidak diperbolehkan karena dapat mengganggu konsentrasi pemain. Selain itu, hal tersebut juga berbahaya bagi orang yang sedang melintasi lapangan, khawatir akan terkena bola. Jadi jika teman-teman sedang menonton pertandingan tenis ataupun latihan tenis yang sedang menghitung skor, diharapkan jangan melintasi lapangan sampai dengan salah satu pemain mendapatkan skor.

Dua etika menonton itu yang saya tangkap selama menggeluti dunia pertenisan selama ini. Mungkin bagi teman-teman semua ada yang bisa menambahkan kebiasaan lain yang biasanya dilakukan oleh penonton tenis. Kesannya memang agak ribet ya, tapi ya itulah uniknya olahraga. Setiap olahraga punya budaya dan keunikan masing-masing tetapi justru itu yang membuat masing-masing olahraga itu menjadi menarik.

Jadi, Selamat menonton tenis 🙂

Recover Data Hardisk yang Terformat

Post ini dibuat sebagai rasa syukur saya atas kembalinya data-data hardisk eksternal yang tidak sengaja terhapus. Semoga tulisan ini berguna bagi semua orang yang sedang mengalami musibah “Data hardsik hilang”. Awal kejadian bermula ketika saya ingin melakukan format flashdisk. Secara kebetulan hardsik eksternal saya juga sedang terpasang di komputer. Alih-alih melakukan format flashdisk, saya secara tidak sengaja memformat hardisk eksternal (dengan cara quick format) karena penamaan hardisk dan flashdisk yang sama.

Setelah merenung sesaat dan pasrah akan kemungkinan data-data kuliah dan foto yang mungkin tidak bakal kembali, saya pun melakukan googling mengenai cara untuk melakukan recover hardisk. Setelah menyaring beberapa pengalaman orang lain dan menyesuaikan dengan kasus yang saya alami, ternyata sudah banyak aplikasi yang dibuat untuk melakukan recover data hardsik atau flashdisk seperti: Recuva, Stellar Phoenix, GetDataBack dan masih banyak aplikasi lain.

Pilihan pertama saya jatuh pada aplikasi Stellar Phoenix Windows Data Recovery. Sayangnya, aplikasi ini gagal melakukan recovery hardisk setelah saya menunggu lama untuk melakukan root data tree hardisk. Saya pun beralih ke aplikasi selanjutnya, yaitu aplikasi GetDataBack portable for NTFS ver 3.66. Aplikasi ini dapat langsung digunakan tanpa perlu melakukan instalasi karena aplikasi ini bersifat portable. Aplikasi ini ada 2 jenis: NTFS untuk recover hardisk dan FAT untuk recover memory card atau flashdisk. Akhirnya, data hardisk saya dapat di recover dengan menggunakan aplikasi GetDataBack ini.

Cara kerja aplikasi ini hampir sama dengan cara kerja aplikasi recover data yang lain. Awal mulanya aplikasi akan melakukan identifikasi root data tree hardisk. Root data tree hardisk ini akan mendeteksi file-file yang hilang, dikelompokkan berdasarkan folder-folder yang ada di dalam hardisk. Setelah terdeteksi folder-folder data yang dapat direcover, kita dapat memilih data mana saja yang akan kita recover terlebih dahulu. Proses recovery data ini membutuhkan waktu yang cukup lama tergantung data yang akan kita recover. Berhubung data saya yang hilang ada sekitar 400 GB, Saya membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk mengembalikan data saya yang hilang. Itu pun tidak semua data yang ada di hardisk bisa diselamatkan. Pada kasus saya ini, ada beberapa data yang hilang. Untungnya data yang hilang hanya data film bukan data kuliah atau data penting lainnya.

Hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa yang sudah saya alami:

  1. Sebaiknya penamaan perangkat penyimpanan data (hardisk, flashdisk, CD dll) dibedakan satu sama lain walaupun nama pemiliknya sama.
  2. Ketika hardisk atau flashdisk tidak sengaja terformat, tetap biarkan kondisi hardisk kosong. Jangan ditimpa lagi dengan file-file yang baru. Lalu cobalah melakukan recovery dengan aplikasi recovery data.
  3. Sebaiknya backup data-data penting tidak hanya dilakukan di satu tempat saja. Sejak kejadian ini saya mulai melakukan backup data tidak hanya di hardisk tetapi juga di alat penyimpan lain seperti dropbox, google drive dan CD (Untuk data-data yang benar-benar penting).

Semoga dapat membantu bagi yang sedang kehilangan data di hardisk. 🙂

Saham sebagai Alternatif Investasi

Gambar diambil dari http://www.tempo.co

Pada post kali ini saya akan coba memperkenalkan salah satu alternatif investasi yang masih kurang populer di Indonesia, yaitu saham. Selama ini, kebanyakan masyarakat di Indonesia mengalokasikan uang yang dimilikinya untuk investasi emas, tanah, properti, bisnis, usaha, deposito dll.  Padahal terdapat salah satu alternatif investasi yang cukup potensial untuk dilakukan yaitu investasi saham.

Bagi yang masih asing dengan istilah saham, saham adalah kertas berharga yang di dalamnya terdapat kepemilikan dari suatu perusahaan. Jika kita memiliki 1 lembar kertas saham, kita sudah bisa disebut sebagai pemilik dari perusahaan tersebut. Saham dikeluarkan oleh perusahaan yang sudah go public dengan tujuan untuk mendapatkan modal atau dana tambahan untuk pengembangan usaha dari para investor. Ciri-ciri perusahaan publik adalah di akhir nama perusahaan terdapat tambahan kata ‘Tbk’.  Saham inilah yang kemudian dijual di pasar modal.  Di Indonesia sendiri, pasar modal hanya ada satu yaitu Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange).

Beberapa keuntungan yang bisa didapatkan ketika melakukan investasi saham, antara lain:

  1. Deviden, Investor yang memiliki presentase kepemilikan saham yang besar terhadap suatu perusahaan, berhak atas deviden (hasil keuntungan) yang diberikan oleh perusahaan.
  2. Capital gain, Keuntungan lain bagi investor saham adalah capital gain. Capital gain adalah keuntungan yang didapatkan karena harga saham pada saat investor melakukan penjualan lebih besar daripada saat investor membeli saham, sehingga investor mendapatkan keuntungan sebesar selisih harga saham tersebut.
  3. Likuiditas tinggi, Salah satu kelebihan saham adalah memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Likuiditas yang dimaksudkan disini adalah dana investasi dapat dicairkan dalam jangka waktu yang cukup cepat yaitu tiga hari dari waktu penjualan. Jika dibandingkan dengan investasi tanah, properti atau deposito yang butuh jangka waktu lama untuk mencairkan dana investasi. Tingkat likuiditas inilah yang menjadi kelebihan utama investasi saham karena dana dapat dicairkan dalam waktu yang cepat.

Sama seperti investasi lainnya, investasi saham juga memiliki beberapa resiko. Resiko yang ditimbulkan antara lain:

  1. Perusahaan Pailit (Bangkrut), Resiko utama bagi para investor saham adalah jika perusahaan dinyatakan pailit atau bangkrut. Apabila hal ini terjadi, hak pemegang saham berada di prioritas akhir setelah perusahaan menyelesaikan permasalahan pegawai, operasional, hutang dll.
  2. Capital loss, Resiko lainnya adalah adanya capital loss yaitu ketika harga saham pada saat investor melakukan penjualan lebih kecil dibandingkan dengan saat investor membeli saham.
  3. Harga saham Fluktuatif, Selain itu harga saham yang sangat fluktuatif (Berubah-ubah setiap saat) bergantung pada kondisi perusahaan dan keadaan lingkungan di suatu Negara.

Investasi saham dapat dilakukan dengan sangat mudah oleh perorangan, tidak terbatas untuk badan usaha atau perusahaan. Bagi yang ingin melakukan investasi saham, cukup mendaftarkan diri di perusahaan efek  dan membuka rekening efek. Ciri-ciri perusahaan efek, biasanya di akhir nama perusahaannya terdapat kata “sekuritas”, contohnya: Mandiri Sekuritas, Panin Sekuritas, BNI Sekuritas dll. Setelah melakukan deposit sejumlah dana ke rekening efek, kita dapat langsung bertransaksi saham di pasar modal (Bursa Efek Indonesia).

Bagi yang masih ragu apakah transaksi saham masuk ke kategori halal atau haram, dapat merujuk ke fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI NO: 80/DSN-MUI/III/2011 tentang penerapan prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek bersifat ekuitas di pasar regular bursa efek. Pada fatwa tersebut disebutkan bahwa transaksi jual beli saham dilakukan dengan cara-cara yang syariah sehingga dapat dikategorikan transaksi yang halal. Jadi, bagi para calon investor saham tidak perlu khawatir lagi mengenai  ‘kehalalan’ investasi saham yang akan dilakukan.

Yang saya ingin jelaskan pada post ini adalah bahwa saham dapat digunakan sebagai sarana investasi bagi masyarakat umum. Investasi yang saya maksudkan disini adalah investasi jangka panjang, sama seperti kita melakukan investasi uang yang kita miliki ke instrumen investasi lainnya seperti: emas, tanah, property, bisnis, usaha, dll. Banyak yang berpikir bahwa dengan membeli saham, kemungkinan kerugiannya sangat besar. Padahal hal tersebut banyak terjadi karena kebanyakan investor saham di Indonesia membeli saham dalam jangka pendek bukan untuk investasi jangka panjang. Jika dianalogikan pada saat kita membeli emas hari ini dan seminggu kemudian kita menjualnya maka tentu saja kita akan rugi atau hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit karena banyak biaya potongan seperti ongkos pembuatan dan adanya perbedaan harga jual dan beli emas.

Perlu diperhatikan juga bahwa setiap pilihan investasi pasti memiliki resiko yang berbeda-beda. Investasi saham memang memiliki resiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya seperti: tanah, properti, deposito dll. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa semakin tinggi resiko maka semakin tinggi juga kemungkinan keuntungan yang akan didapat.

Akhir kata, selamat melakukan investasi saham 🙂

Menjadi Volunteer di Creative Center

Foto Bersama Adik-adik di Creative Center

Foto Bersama Adik-adik di Creative Center

Saat kuliah di Bandung, tepatnya ketika tingkat empat yang sebagian besar waktu kuliah sudah kosong, saya mengikuti komunitas yang bernama Creative Center. Awal mulanya tahu kegiatan ini dari teman kuliah yang sudah menjadi volunteer pengajar di Creative Center. Waktu itu saya dan teman saya, Romi sedang impulsif dan merasakan kehampaan di hati kami karena tidak ada kegiatan yang berguna yang kami lakukan selama mengerjakan tugas akhir (Beneran kan rom :p). Akhirnya kami berdua langsung datang ke kantor Creative Center yang ada di ruko yang terletak di Jalan Pajajaran Bandung, sebelah Istana Plaza (Benar-benar di sebelahnya persis). Saat itu kami berdua bertemu dengan kak Puput, seorang pengajar dan sekaligus orang bertugas untuk mengatur jadwal para volunteer untuk mengajar.

Komunitas Creative Center ini fokus bergerak di bidang pendidikan yaitu mengajar anak-anak SD kelas satu sampai tiga yang sedikit tertinggal dalam mengikuti beberapa mata pelajaran. Jadi inti dari kegiatan yang dilakukan Creative Center ini seperti memberikan les tambahan bagi anak-anak SD. Mata pelajaran yang diajarkan ada tiga yaitu: Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, Creative Center memilki dua guru tetap yaitu kak Puput dan kak Ani. Selain pengajar tetap, pengajar di Creative Center berasal dari volunteer yang berminat untuk mengisi waktunya untuk berbagi ilmu dengan adik-adik SD. Kebanyakan yang menjadi volunteer sih ya mahasiswa-mahasiswa seperti saya ini (Dulu :P) dan juga ada sebagian volunteer yang sudah bekerja.

Setelah mencocokkan jadwal kuliah dan di jadwal Creative Center, Saya mendapatkan giliran untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada adik-adik Kelas tiga. Intinya pelajaran Bahasa Indonesia ini adalah mengajarkan membaca dan menulis kepada anak-anak kelas tiga. Creative Center sudah membuat silabus materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan beserta cara-cara kreatif untuk menyampaikan materi. Pada silabus tersebut sudah dijelaskan secara singkat mengenai hal-hal yang harus disampaikan, cara/contoh cara menyampaikan materi dan juga permainan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Jadi jangan takut jika belum punya pengalaman atau ide untuk mengajar adik-adik.

Mengajar anak SD ini sebenernya gampang-gampang susah karena di satu sisi kita harus membuat mereka enjoy untuk belajar tetapi di sisi lain kita harus memenuhi standar kompetensi yang harus disampaikan pada tiap sesi. Selain itu saya juga harus memperhatikan setiap anak-anak yang saya ajar karena karakter mereka berbeda-beda. Ada yang aktif, pemalu, pasif, attention seeker, heboh sendiri dll. Rata-rata anak murid yang saya ajar sih, sudah lebih tertib karena yang saya ajar adalah anak kelas 3 SD yang notabene sudah lebih dewasa. Kalau saya disuruh mengajar kelas satu atau kelas dua pasti saya bakal kewalahan.

Mengikuti kegiatan seperti ini emang terasa memiliki kepuasan tersendiri. Waktu yang dihabiskan dan rasa deg-degan sebelum mengajar hilang ketika melihat adik-adik yang saya ajar antusias untuk belajar dan melihat mereka jadi lebih lancar membaca dan menulis. Suatu hari ada anak yang melapor ke saya bahwa dia dipuji gurunya di kelas karena sudah berani mengajukan diri untuk membaca di depan kelas padahal sebelumnya dia masih belum lancar membaca. Waktu adik yang saya ajar “lapor” ke saya, rasa senang+bangga langsung membuat saya bahagia selama beberapa hari. Selain itu, pengalaman kita mengajar adik-adik ini bisa jadi pengalaman juga kalo suatu hari kita punya anak, saya jadi tahu tips&trik menghadapi dan mengajari anak saya nanti (Thx to kak puput dan kak Ani, hehe).

Di satu sisi, ada momen tersendiri di CC yang membuat saya lebih semangat untuk mengerjakan tugas akhir. Ketika saya sedang memotivasi salah satu murid saya yang ‘agak’ patah semangat ketika belajar membaca, saya agak tersindir pada saat itu. Intinya sih waktu itu saya berpikir “Gimana mau ngasih motivasi/semangat ke orang lain, kalo ngasih motivasi/semangat ke diri sendiri gak bisa” (haha, curcol). Jadinya intinya sih, kegiatan ini simbiosis mutualisme buat saya, karena si pengajar dan si adik-adik sama-sama dapat manfaat dari kegiatan ini. Tetapi mungkin efeknya berbeda untuk masing-masing orang.

Semoga komunitas seperti Creative Center ini bisa terus berkembang dan buat teman-teman silahkan dicoba, mungkin teman-teman bisa menemukan ‘simbiosis mutualisme’nya masing-masing. 🙂

Kena Tilang di Luar Negeri

Mau share pengalaman tilang pertama saya yang kebetulan mendapat “kehormatan” kena tilang diluar negeri. Jadi ceritanya saya dan teman-teman kuliah mengadakan trip singkat ke Thailand. Waktu packing, saya mengosongkan seluruh isi dompet dari semua surat-surat berharga karena antisipasi jika dompet hilang di negeri orang. Waktu di Thailand dompet saya hanya berisi uang bath dan KTP (jaga-jaga waktu di imigrasi atau kalo kena razia, hehe). Dan inilah kesalahan saya yang menyebabkan saya kena tilang untuk pertama kalinya.

Saya mengunjungi dua kota di Thailand yaitu Bangkok dan Phuket. Ketika di Bangkok aman karena saya jalan-jalan selalu menggunakan transportasi umum. Lain halnya ketika di Phuket, jadi untuk menghemat biaya transportasi saya dkk menyewa motor. Motor memang transportasi yang paling enak dan murah buat di Phuket, soalnya hanya dengan 150 bath/hari (sekitar Rp 45.000/hari) anda bisa keliling-keliling pulau dengan lincah. Awal masalah datang Ketika perjalan pulang dari pantai ke hotel, tiba-tiba ada polisi Thailand yang lagi razia. Kebetulan waktu itu saya yang lagi dapet jatah nyetir motor (padahal temen yang saya boncengin bawa SIM..!!). Saya dan beberapa teman saya pun diberhentikan dan diminta untuk mengeluarkan SIM. Saya berpikir, “Wah, kalo gini caranya sih, semua turis kena tilang. Mana ada yang punya SIM Thailand”. Seketika pendapat saya terbantahkan ketika melihat temen saya yang bebas dari tilang dengan hanya menunjukkan SIM indonesia ke polisi.  Alhasil saya pun kena tilang karena tidak membawa SIM dan harus bayar denda sebesar 500 bath (Rp 150.000). Padahal waktu itu, ada teman saya juga yang tidak bawa SIM tetapi berhasil lolos karena berhasil melakukan “manuver”. Saya yang sampai detik itu belum pernah kena tilang, panik dan akhirnya gagal melakukan “poker face” kepada pak polisi.  Bersyukur juga sih bisa langsung bayar denda, gak usah pake acara sidang (Gak kebayang juga kalo disuruh sidang disana, hehe). Yah, itung-itung dapat “oleh-oleh” spesial dari Thailand dan pengalaman tilang pertama yang tidak terlupakan (Ditilang di Thailand lho gw, hehe)

Image

“Oleh-oleh” dari Thailand

Ternyata setelah saya telusuri+googling, SIM indonesia itu berlaku di beberapa negara ASEAN (Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand dan Philipina). Jika kita pergi ke negara tersebut, kita tidak perlu buat SIM internasional, Cukup bawa SIM Indonesia kita. Ini pranalanya :

http://pemberitahu.blogspot.com/2011/01/sim-indonesia-berlaku-di-enam-negara.html

Catatan buat saya dan teman-teman semua, lain kali jika ke luar negeri SIM dibawa saja. Tidak terbatas untuk perjalanan ke 5 negara tadi saja. Siapa tahu di negara X, pemerintah Indonesia mengadakan perjanjian tertentu sehingga SIM Indonesia berlaku di negara X juga (ngarep, haha). Seharusnya hal-hal seperti ini diberitahu saat kita buat SIM, bahwa SIM Indonesia berlaku di negara A,B,C dll (atau saya yang tidak notice juga kali ya..). Sebenarnya ini juga bisa jadi previlage/kelebihan bagi pemegang SIM Indonesia bahwa SIM yang kita punya berlaku di beberapa negara juga. Itulah pengalaman saya yang kena tilang di luar negeri.

Semoga pengalaman saya bisa bermanfaat bagi teman-teman semua.

Salam SIM 😉

Tugas Kemanan Informasi, Attachment dan Penyadapan Email

Anda diminta untuk melakukan dua hal:
1. Kirimkan dua (2) attachment kepada diri Anda sendiri, kemudian lihat “raw file” dari berkas email tersebut. Tunjukkan bagaimana attachment diproses dalam email.
2. Anda diminta untuk menyadap email dengan menggunakan tcpdump, wireshark, atau mailsnarf. (Pilih salah satu saja.) Tunjukkan bagaimana mail yang disadap itu.
Jawaban Soal nomor 1 :
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengirimkan email ke alamat sendiri dalam hal ini biyansatya@gmail.com. Attachment email yang dikirimkan adalah file gambar dan file teks.
2. Install Thunderbird untuk melihat raw file email yang dikirimkan.
3. Raw file yang terbentuk adalah sebagai berikut :
MIME-Version: 1.0
Received: by 10.227.142.199 with HTTP; Sat, 9 Apr 2011 10:01:29 -0700 (PDT)
Date: Sun, 10 Apr 2011 00:01:29 +0700
Delivered-To: biyansatya@gmail.com
Message-ID:
Subject: Tugas Email Keamanan Informasi
From: biyan satyanegara
To: biyan satyanegara
Content-Type: multipart/mixed; boundary=000e0cd3052e34524a04a07f4b81

–000e0cd3052e34524a04a07f4b81
Content-Type: multipart/alternative; boundary=000e0cd3052e34524204a07f4b7f

–000e0cd3052e34524204a07f4b7f
Content-Type: text/plain; charset=ISO-8859-1

Tes Tugas email KI.

–000e0cd3052e34524204a07f4b7f
Content-Type: text/html; charset=ISO-8859-1

Tes Tugas email KI.

–000e0cd3052e34524204a07f4b7f–
–000e0cd3052e34524a04a07f4b81
Content-Type: text/plain; charset=US-ASCII; name=”FRSsementara.txt”
Content-Disposition: attachment; filename=”FRSsementara.txt”
Content-Transfer-Encoding: base64
X-Attachment-Id: f_gmasfbni1

SUIgCTMgMTQgMTUgMzMNClNJU1RFUiAJMyAyMyAyNCA0Mw0KS0FQIAkyIDM0IDM1DQpJTUsgCTMg
MTIgMTMgNDINClNPU0lOIAkyIDI1IDI2DQpLUklQVE8gCTMgMzYgNDQgNDUgNDYgNTQNCnNvc2lm
IAkyIDU3IDU4DQoNCjE4IFNLUw0KDQp5ZyBtYXUgZGlhbWJpbCA6DQpJRjMwOTAgLWFuYWxpc2lz
IGtlYnV0dWhhbiBpbmZvcm1hc2kNCklGNDAzMSAtIE1hbmFqZW1lbiBwcm95ZWsgcGVyYW5na2F0
IGx1bmENCklGNDAzNCAtIFJla2F5YXNhIHVsYW5nIHNpc3RlbSBwZXJhbmdrYXQgbHVuYWsNCklG
NDAzNiAtIEFuYWxpc2lzLCBwZXJhbmNhbmdhbiBiZXJvcmllbnRhc2kgb2JqZWsNCklGDQo=
–000e0cd3052e34524a04a07f4b81
Content-Type: image/jpeg; name=”logo-itb-hitam.jpg”
Content-Disposition: attachment; filename=”logo-itb-hitam.jpg”
Content-Transfer-Encoding: base64
X-Attachment-Id: f_gmasekv70

/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAUDBA0MDg8NDg0QEREREQwSDRENDhMTERMQEhESEA4S
DhAREhIQERIRDQ0KEBURERISFhcUEBIXGBcTGhASExIBBQUFBwYHBQgIBRIIBQgSEhISEhISEhIS
EhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEhISEv/AABEIAMgAlQMBIgACEQED
EQH/xAAdAAACAgMBAQEAAAAAAAAAAAAABwYIAQQFAwkC/8QASBAAAgECBAUCAwUEBAoLAAAAAQID
BBEABRIhBgcTIjEIQRQjMkJRYXGBFTNSkQlylKEYJDRDVFViY9LTFhdzdKKxssHU4vD/xAAUAQEA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA/8QAFBEBAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAP/aAAwDAQACEQMRAD8AuXgwYMAY
MGPKaZVF2IG6jc23JsB+ZJAH3k4D1wYL4BgDBgwYAwYMGAMGDBgDBgwsM4585PTVj5fUVRgnRgrC
eKREuQGUmUr0wpVlYMzBbEb74Bn4Ma9DWJIqyI6urAFWRgysD4KsNiD94xsYAwYMGAwcGA4MBnBg
wYCKc2+MVyqgqa9o2k6CBhGpsWJYIoJsdK6mUs1jpW5sbWxW/PcuquPcspqiF1o5KaomjmilLGCV
ikZ6kbqC140J0qynd3XUPqaX89oeJXzekSgXVQMIhKAqGFgzFala0P3MOn7eNBGjv1YsBlOWxQII
4Y0jQX0pEiqoubmyqABcknYecBXzn16f63NTlnSzEL8JFHFM8xk1ll06qiMLqvMxW5DOPC9+18en
CvM/PJuJJctko9NEpnQHonaNFZoagzWteYiEaT2gSBQNQ1GxeEl6x+Gqysy1RTViUwjmjeoM9R0I
mjsyrrlNhtMYSEYhSTfdlTAO0YMRHk/TyR5bRrNUrUyCCHXPG+tZDpFmWT/OC1gJDu9tR3Jwqeen
qloMqLU9KBV1I1Bgj2hiYe0sgvqYEnsjvuCGZDbAWEOPypvuP0x8+s14s4m4kpK2qaboUFPDO8wi
BihfQuowoRqlmYgC4kdkUeSCQG5nLubiLLMrizfLqx3pAZVng3kWArIwYtBIDH02BVzLDuNR1adO
oh9GsGKq8mPV1BUdOHNYvhmbZalAxgc3sdQ3aLfYtd0HuUGLI8QyTyU0jUTxdVoyaZ5btCWIvGW0
G5Q3G632N7N4IdFapC5jDLrAVmUMNQViQrFfIBKOAbWJBt4OKm8xOB6LNeMGpaiPqIaFWnCMylZA
to2LIQbhDARquN1BBFhhfcAZdmbSVeZQVdR+3qN5GzGjqwCJ6X+GFF7pEUBB0x2i8Yi0HoF3d6fK
EwtV8S5u8VLLXsiwrUSCMRUwt01LSFe6QRw2B+zEjfbKgILnXCuZ8ETCsopZKzKiw+Jglbuj1GxZ
gBoU7LpqEVe6yutra7X8G8Qw19NFVwNqimQPGSLGx9iPYgggj2IOIRVc4eHqsSUz5lSMrrJHIsso
WNlZbOpd9KEFSRcNv4xAPRRI1N+1cp6vVjoqpGppAQQ0NQHMZUjYhhD1NtryG174Cx2DBgwGDgwH
BgM4MGDAVs9XnANbPPTZnHmaUlLRqpn6jyL0mEuozxLGG6sjgxoI+0lo0UE6+3bn9YOSARlVq21E
9TTTj5Q1WBlu4BDA6h0uobebHtxpf0geZKmX0kTswjlrYevpPmJEkLgjybEowFvKj8MRLivmNk5l
4lMdRERWUFHFSaEZhNOlNNDoispGpGlohYWA2P2WICc/4XWVaWIpq8sLMiCmXU8VmJmT5unpqE3L
Mp3FgbNpj3qZ5hZLndLSZalVM09RLRTU60kKysryjRElQryQoCy1DAx9UOpsSBsG88n5vZUldS1h
ntTrkvwskixyaUqWeOZKdmVbLKYoJiFDfZwss35fQZRJwhL0jHNPPDLWlg2osJ6SRQyndTGsxTSA
Pp8XLFgZHN2qkyOhy/hXK5narqu1pmOkrHLK2tha/SEs7Sgab6I0e5LWcwXn5wFTZBSUmUUID1uY
FVqqlyOo0YZFEUd/3MU1Q67KRdYrSF/OJVk9Q1Tx7IXbaBJFiBB2C0eghbf7Usr7+5P4Y8fVWpPF
eRKRsTlg8e5r3BH47af54B3cyuF4cu4brKOAWSGgqUFhbURGxdyP4ncs5/FjiK+gxFfIVUgEderV
gRcbkXDD8VI2PscSD1fcYwUWTVcbyKJaiJoYIye9zIdDEL5skZkYt4FvckKVX6AuL4KanqsrqXEF
QtQZljqPlsyvHGhCh7EshiBK2vZlIuL2CO8vuGKWkz+u4Yq4lmoakvLSRyFj0pOmJomhkvrjf4bq
Qs6sGcolybAGZ8pMzn4Zzj/o9USvLQ1Pflckg3RnJtGSNrM4dGA26mlwqdV8Rnm3WQJxrl04kj0M
tKXcSKRq+bGNZvZdlQb22sffGz64s/p2nyespaqCSSCeS/SnVyvdDJGSEa4AaJ+667n8rA2PUTy3
qJHizjKuzMqXwB4qYRfVDItwGNi2m/1C6e6FK7c9sxp81FFxC/Umpkkjp82oJZyGppdg60w1owEo
V2BFrsisw7nRLp1PGdEsMs61EUqxJK79GRHNo0LvazbkICbYo/wFwWvFWZVucTwimy+NzJURwE65
CiatAtv1HQa5ZFC3LHSAz3AdHl/xVwpXV5opcngpaJo2FPU1FQ6Sa47teeUyjQsirpHzCdYsWfq2
Sy3p85U0OUNVVGX1Jmp6wUxjGtZFXpGa/TmQ2kQ9YAXFxoN2fVtXHIM2yyueLM5qaKsqGBpslyKk
W4gihd9JrLKRazSSkyLos7NZvEPU4Q46q+EKiCgq5IJaeQTT1tNQxF5KIy7xqJC4uAens7N2Frar
xOwXWwY0skzSOoijnhcPHKiPE48MjjUpF991I843cBg4MBwYDODBgwCW9Z3CD1+TTGIEy0zR1UYA
FyI7iW1/ugeZrDclQPfEm5JZ9R5pl1JVwwwqAo+WkaWgnB+cqADstKCwNgSpVvtDDCbHz/4ryOV8
3q8q4YqZOhVKBXJE1qWM3PWAlF7RKthdN7M0K676CDV56eo/pTHK8jhWoqHYh5o4xIolJ3EMYBWa
W9iXN0BHh99MBg9N3EucFarMq0RuN4xUzNJIgPd2JHeOIX09qspB+yLYs/yJ5N0WQwhYV1zsB8RU
OB1HO1wvnRHqAIjB9gWLEasMojAfNjg3krW1edVeVpXBJ6dZZJagl++zRq1rHXdmnXyfY4aaeiur
lJeozdNXbpIgeQn8CXlQgDa31efa2/W4MzD4PjqsiIt8VHIi3O12giqgd/vaErt7m3tbDA9UPAuf
1UkNTk9dKmlQstMlSYQWDErIpJWN7hyrrIR9C21XNgSy+lDOMseOvpJ6Splp3WVYXRu8odQVVddD
E2PloyPKsGsRuV3KPNeMphm1QIMvhdVSFSheYpGSup1AQubh+6V0NgulQuk4dnpch4ihWeDO0JUa
GpZnmhkkubiSNjE7MRbQylrW7hcgqFm3OyPMhl0yZSg+KIjSHuRdClgJGUyFUBWPVpudjY+1sAgK
D0QUoHzMzmY+2iBEFvxBeS/88Kz1SenunyCkgqYaqWUyTiJllVQLdN3uCtjcFLb/AH/hhocoeRPE
RraerzTM5OnC8cjRmtmmlfQQ6xnfphC3a3efewN742v6SHMlFHQU325KiSRbfwxx6G2/rVCf/vAc
jIPRxR1dJDURZjOrTQwypqiR0HURX3AKEix/iGONyZ4mqOC6+TK80T/Fah0eOpjBKBrBRKhsC8dt
Cyp9SFQRexD3E5fZUaWipKZvMNPTRN+ccSob228qfGObzW5d0ec0zUtVHceY3UDqRP7PExB0nYXH
hhsQQbYBC8+eV9VlbzZ7kEiU5FOI5oKaliOqMupeSEaWTdQsjHRqHTJDHVZY5wY9HmFHNBSSPRZU
GDZ7mFc6fG1k1lYwg6nK31bnfd7Iu7rLsVeb8R8GxNE0S5hlybU8zarwi50rJpOuNfpurh4wSqpI
L6TGOXHKSXi6rObVZoqaBmUzw5cymWRiSxMiq8nRklJYu8rCQnfRvqwDx9FOWOlBPMrS/CzVdQ2W
xzsSyUinRHe5OksVYFRt26hfXfD7xq5VQJDGkUahEjVEjVfCog0ooH3BQAPyxtYDBwYDgwGcGDBg
ID6gOEp8yyyppaaZ4pmS8RRyuoruYnIZeyZQ0RubDVcg6bGAejHPctaiFHTwpT1sAC5lCwtM0sZ0
PM5NmdWfVtuIi3T7e279xXj1R8t6KNXzxK1surIV7aiI7SuBZEkRbM7uB07qblT3q6rYBYYnCh5j
+o7JMt1I9UJ5Vv8AKpB1WuDYguPkqQRYq0gI+7Fe+CTxPxjTpDNUinolLCeoWLp/EG5BBRCvX03I
KL04u3uu4BxYXlh6dsnysIVphPMpB69WBI2r2KqR00sfp0oCNrsSL4CoPO7mNPnFXBnVFltTB8II
w9RZpIyY36kJkKRqkZUuwN5G1KVHbp3vJyW5j0+dUcdXCQCQoqIg12hmt3o3g2BuVYgalsbC9hLK
ymi6TRuqdLQyurAdPp2sysD26NNwQdrY+duUz19HPX59kMTw5dBUhCuvUjxXH1xtu8fcrEbtEJls
e0uA+j18GIvyt4wizWip66IFVmTVpJuVYEpIhPg6JFdb2F7XsPGN3jniWHLqWasna0UKM72G5tsF
UbAs7FVUXF2YYDHGvFNNl0D1VVMsUSW1Mx9z4VQLszH2VQScfPPmXxrmfEFcM3jy+SWnpHjEUYhk
khRUbqaKgx2uZNjLZlNmAuAFON3jXPcw4nq6WrrxJTZZJVJTQuq/JhDmxsxsHkIUh5iLah9kKIxd
nO6OlyHJ6gU8axxU1NOyLa+pwhtr8Fnkk03JIuW8jAIjl761KdyqZhRtD4Blpm6iX9yYms6r+TyH
FkuBOPqDM06lFVRTCwLBG71B8dSNrSJ+TquKlVfDsdLwJrkhAlmeOVS6gsC9YgjZD5XVSIp7fZjf
ycTDi70pgU8FVlc70dfHFDrCzOI3kEYEhST97C7NfuBK+xVdRYA7OdPNShySAy1TguwboQKbyStb
wq72T2aRhpX3uWVWh3o+4Ceho5aueIRVFfKZ5YlXSIo7sYIwnldIkkbSfp12O64QPph4Wpp84ljz
6SdsyhZfh4K5tSSEDVcu5Yyuv1ol9DL3r1BfTe8YAwYMGAwcGA4MBnBgwYDWzCsSJGkkcIiKzyO5
sqoouzMTsAFBJJ8WxUShpn44zcyvrGT0TaUUkp1pLXNvfVIbMx2KQ6V7Ge5l3rh4wnEdLktIT18w
kVX0kj5OoIEJA8TSsAbfZjcEWfDt5WcFw5TRQUUIGmJAGa1i8h3lkbzu8hZrX2FgNgBgJDQUiRIs
caqiIFVFQBVVVFlVQNgAAAAPAxsYDiN8veKFzCF50HZ16qKM79whlaEsb/xNGx/K2AhXqvfMTlM8
eXQSSyy2SXpHvSA36rIoId2ICx6UDGzk27b4REedjMcrh4cyCNwiQM2b1FVG0fQALNLHIpDfOnmV
zZGcAdq7B2iuecc3M8uXRPojXXKraiAAXbRoXW217DSoJOwwCN9AFQzZGATstTUqv4DsY/8Aidj+
uPx69q5xlUVLGLmqrKaE3B8WeQWsfJkii9m21bXsceX9HtKDkrAe1XUA7e+iI/rsQdsb3rdhC0VF
VMO2mzGillI9o+9WsPc6miwHE5dZctbl9VwlmYWOrp0dIDY6ZYFOqkqqfwXEbhdQFjZe7dpAsU4y
43qs4oKbhiRGGZyTx0+Za0ayQ0zLIaosbBhKqQS3H1fMsO6O7l9SuW5eaQZnNU/DTUoD0FZBYyiQ
7pGi3tOkvgxHtKljdRqbCazTirNaM0XElZlXTkSKOOvlikiVKijlNlEsMjCaGqjk+HZQoYNexKqu
gBLucWVx1mZZLw1AuqnpRHVVinuCwU6dOnSQ+RrRZEOob9aM7asWXGEd6WeGp2WozysFqrM2Eiqf
MVKP8mjB+4xhD/UEd91OJzyY4wOY0rSuV6kc9ZBLo8aoZWRTbexeIQyW/wBr7rYCO+ozlEmcQCWI
mKup++hqEbSwdTrWNmBHazAWbzG3cv2lb19NXMts3pCJ10VlK3Qr4yLMJVuocrtYSaW29mV1+zfD
UIxXDjuD9i8T0VenbBmqmkqxvb4gaRC9hsuthSi/4TE21E4CyGDAMGAwcGA4MBnGDjOMNgKi8Cyj
NeNqudlJShjmSPUBZXhC0pv+cslTIvv4O1trdjFTPR/UWz7iFHF5DPM2okhrLVShwFO9iXjJ+6w+
/D9538atlOXVNekYlaEREIzFQdcqR7kAkWEhPj2/XASrOasRRSSteyJI5t5sqkm36DCd9D9/2BSE
km71hN/+8SA/3gne+5OF/wAxuemdQ5UtbPlFOlNVxKsUi1epgKiJzGTGBq+garbew2N7KLkN6hK2
hiy/KoIIREKhUmllDOzCecsQtmRY7LIw31klb3AuMBYTlDyuzykzyrr6utElNJ8RYCV26gdgYV6T
DTF01C+Pp06FLKScWGOAnCx5nc3I6OYUFLTyV1ewUrS0+2hTbvqpTdYEsQ3dc7qSFVteARPAfFac
I55XZfWII6KtlE9LKgtHErFuntb92A3Re30NFcdu+LR8T5NS5tRvBJpmp6hBujBlZTYo8bi4urBX
RxexAOK5cz+CFmVK/i7NUjVep8NRUI0omq2pVbS00zbJqsp0lf3hXwsOSnD2dS1Ttw3NV0+X6rpJ
mTL0ibd14wrxyHUGW8Uble3UVvgJlxByPzzLKuCphCZxT0gPwcFZMwaFb3XTEzrHqj0oAULatI+W
LIF4vG/EuZ1lbFV8Q5RXDLqXU601LTloeoBYPUM7Ksi3BuWa1u0drPradVzP4ry0H47Io6tB/ncu
kbce7Mq9d9vxjjFh+uJxyc5/5ZnT9CFnhqLMehUqFc2+rpsCyPbc6QddgTpsCQEs5Y8xaDN4jLRV
Cygaeov0yRk3sJI2s67q1jbS1jpJG+FP6KZyUzhTcWzSrIU+xYKD4ut+0A2J8Y8PUjw0MmdeJcvU
RzQPEK+JTojqoJZAjiQAW6nUeLvt76zdo1ONH0E5ytTHmsigjXXPMNQt2yi633YX7WuLm33nzgLO
YSHrZy5nyWSdDZ6SekqI/wCssgjuPyWVj+n44d5wtPVBpOR5lqAt8PJa497jT599ViPxwE74ezAV
EMUwFhJHG4tvs6hhY++x846GFx6ZqppMky1mvf4aJdxvZBoX3P2VFj93sPAY+AwcGA4MBnGGxnBg
Kc8tIxlvG9dA7f5WKoxm+xM4SsAOw/hdQD7gbna/59Q+a/G53UZXmeayZfl6U0LwLHfROx6bfMA2
b5hm+u9uiLC/djPrcyyfK8yoOIKUWIKRyE7jqx3aMOP99AZY9vaM+CQTzMjz58z4nnrMmipqkzUd
NJKMzUBIvl06OYiheTWg6UTkLcM0y6SArEIbx1wNw6lHKYuJZZ3ijdqaBlLK0iqemgW1l1MdNxbS
CT4viV80OFFoeGcgKII2aspJZv42lniklDMQBchQqi5uqqi/Z2a3Nih4gGXVxelyRIvh6jqBWnZx
GI2ZypeNIy4AOjVYarE+LYXHNWB63hjh2jpVk+ImnpBBGRZyY4J0kkBH0xrI6OHJFo2DHwSAfXHn
GVRWVL5RlUgWdOmcwqygeOkjbwqg9r1MgHZHYgDUTbSdK+4l4thyVzkuQUrVWZz91TMx6jrIfM9f
Mf3kt3Z7OVjQvdtIIRu9xar5BQU2U5d83Mq53SOVh3vOw11ldOe5j0wS12LaRoHcsZGJzyQ5W02S
U3Si75ns1VUMPmTSeWJPkICTpS5t5OpmZmBf8v8A05I8v7Qzyc5hWtZmEv8Ak8fk6Fj2DqpY2Uqs
YGwjHu/YIlUBVAAAAUAWAA2AAGwAFtsftjt4wgPS/wA380ziprYq2hEMcO6MsciGN9ekwSa76303
N7IQUa47gFCwFsU3/pBsqip58ur4XFPUM86ySw3WUqvT0SXQhrxXcXAvZwNWyjFycVK9SFVSUPEN
LW5vAamhkpHjplKB0jmR/mF4W7ZABICQb/vFI1dMLgFfxFy1kemjeo4up3p6ggRiWpndXMdhvGSf
3faO5ezYG1xj8UXJ2hpWWH/pfTRPIIyRAGMZ1fQWlSdU8EG76diDsDfHe4bzfJqKur6+q4dqTQ1b
RDLddArxrpX/ABjpxzMETrSEOmg9qgqukKVx4cKNSU2XVeWTcM1Qr6r4w0JkohI2mVbUzCaTTKnw
+pQ2gWUoWuGdwoQDPchHxlJQ0HEEtdJPP0ZOks0SRnWihhI8hSUNqcgxkrZL33GLe+t7N1p8hqU9
5npoY7n36iyHzuflxSfrhIw5YmY0eW5RSZFUUtfDNS/E1UtEqLEItqmZp9nfWwDaHtc2UXYRgyrn
hWHiTiCkyWA6qaifrZgb7EqyicX99CFYBYbSSuDsLgLCckckNHldBTsDqSmpw9z9soGkt726jNb8
MTPGFGM4DBwYDgwGcBwYhPPDjYZTltVXWBaJPlA+DK5CQgi4JXqOpax+kHAQv1M8xcihppcvzKbW
Zls0FONc6eGSQfYiZSUdDKVvbYMLjFJOTJy6kqXnzOkrJaMpIsMkQeI3YhVaTpyJ2tGWBVZjubd4
xYn0Xcn1qVOfZiBPLO8jUomGqxDkSVEgb6pGkDaNu0LqFyy6La1lKkimN1DKRZlYXBH3EYD568bc
V8FtTTx0mU1yzmOQU8jTOEWS1kdtVZJ2hrNYxNcbWwzPRtnE+d1kVTVEkZTRxwUoDf5yfWjSvfy7
QRNGfayrfcXxAOZ2UNw7Q5pkdVBqjqZIZ8pqljBDaZouqjv5RxBEl19iG8rKhaRcD8m+I8qpxWZJ
VxypW01O8iWjSXvTWtlkLwFouowSVJrm5sLHcG3yDzj9rZ5m+ZE3SmEVDRXGwjDu0rKfHfJEsn32
k9hth3cV8UUlDH1qupigS9g0zhQTa+lb/UxAPatzimvI/KuLsghlgpslikEsgdmnZS2oKFABSpQa
QAdre533tjmcfcMZvDW5dmvECx1Qlqo41y+Nw8gB3CRU4tCwuEuiuwdtIlJMhOAt5wLzcynMn6dJ
XxSPa4juySEe+lJAjm3vYG3viazzKgLMQAASxY2AA3JJ8AAAm5xRXn3wsa7NayeipZKCWhoI6sK8
axyTvFMNUsKxsw0iAkCRb98Sq1tVx0M/5gVPGC0eVwz9BVopqnNXGpU60SsgD2teHqCF9IuB1h9R
iGAfy+pbh8zdD9ore5GvpS9K97W6ujRbydd9FvtYkPN3gKj4hoDTu4KtaSlniIbRJYiORCDpdSGI
IvZlY2IOlhUiqzdZOD0hXJZQAyK1c0cXRVhUXacOD8QbgGEsItILFNbW0tKeC8g4w4ejEFAlPmFI
y64CGDxLr7yYgZIZRcsWt3RtquBdjgOry65y1PDBTJ89gk0RDTR1cQLq0ItoBH20RTpBQlkGlGTt
vhyzeobIAhk/acJABNlDl7WvYJo139rWvhA8YcFcZcSAU9dHBSU4MbFSY1TUoI1DpmeoZrEnSWCX
t9Ps2uV/payigh01EQrZmsZJahbKLeFiiBsi++5difLWsqhAuLufeY59Icu4dppAG7J62VSvTVtt
aMLiBdKvaR7yG/YiuFvy+E+D8/4MWaoip6XMKV++r6IK1Cqg+ouUEoUEsbATooDsVTUzYt3kuUw0
6CKCKOKMfSkMaog/JVAUe2N44CIcqOYVJnNKlXSvdTtIjfXFJa7RyD2YXH4EEEEgg4l+Ki5uBwvx
TB0FKUWaiNZYkFo1lZzH2Le3y5zFLsO1J5EUAEDFuhgMHBgODAZxWD+kZzBlyumiBIElWhax8hIp
SAfvGplb81H3Ys/hDeurhpqvJJXUEtTSw1ACi50i8Ul/wWOZ3P4J+GAaXKmlWLLqGNfpWlpFW1/A
iS1rgH+YBxJ8Kz0r8YpmOT0cika4o0p5wPKyQqEN/wCvH0pR+DjDTwHL4lyCnrImgqYI5om+pJUD
Lf2IB8MPIYbg+CMbGTZbHTxRwRKFjiSOOJR4VEUIii9zsoUb/djcvjh8UcW0VEAaurgpw19HxEyR
6rbnRrI1W22F/OA7mK7+sjqdXJPhSFrTmCLRySEdFSwAcTbE2ZjBsoJKh7XOkGY0/qL4eZxGMziu
b2LJKqbffI0YjXz7sMQL1n1S1VJlbJKvwMldTtVVkFn6Md9CSxyrqCi0kx1r7hVv3aWDZ4So608S
Srmxp5JZMqcUhpFYQrD1wsyMkuqTqFixuXYaSf4gqIP0HiH4nM2mUsgy6o6iqO4xl06iqbhgSoAF
vf3Fhhw8L5hQUeeVVXR1z1sEWUTyVsslUarpCORGRI6klz3hC3S1vuW7QAAqS9D2avR5qFYMnxtJ
Ux0jSq3TeQOGRvbWvUppo+0/Vdbg3wEryyhzZuDTKa6H4QavkdI9b4dKnS0fxOqwvKrWTpN2ELrs
dAufwTMj0lM8aaEaCAxpe+lDGpVb++lSBf8ADFDaOjySPh+ojqJZVzRZ5Q0Gp1C1iyFY0FMLUvT6
a2d2Q2BcAghEF1Kzjyjy6nhGZVtPBMIImlR5UVywUCQxxKdTDqBgBGh/DATe2DC6yTnhkVRsma0o
/wC1lEW+3gTaL+R+ft4OJ/BOrAMpBBsVKm4I9iCNjtgPbBgxrZjWpCjyyOqIis0juwVVVRdmdjsq
gAkk7AYCrXrzcPU5FCv1tUy2H5vTqP5scWuGKX8G5iOLeKErFRvgsuVGjJBs3TdjTltrK81QxlCn
cxxEeUJF0BgMHBgODAZx4VVOrqVdQysGVgwuCpFiGB2IIJBGPfGGwFNq3lrnHDdQcw4cPxlDOqu0
APVuh3jBVWDTKBJqimhYvYkNtcye9T6xK1AUfIXWQAhtU8gs9t7xmn1AX+zqv+PviL8E1PEmXZhm
tFlAEkNJUO3wdQVIEMkjvC1PG7q4Vo9LHpOL61O5ZTifwc/+JkAWXheoZx9TRQ1IQ/kOnL/6zgIP
U80eMs9PToqSSmiY7PBCY1t/tVU5tcXFyjIdth7YkPAfo9knc1Gc17ySNu6U7lnJve8lTMCWuPIV
PyfHVreevFUovT8MyRnwTUQ1Db/gtoD41ffv+VjxoeM+P51slAEubBjBCjA3+6Z7D82W1v54BvL6
WuHAtv2eb2tq+Kqb3+/99pv7+Lfh7YR3Nr045hl2j9mdSuoFniqJKGVwWEibG6bLKrRkoSi69JsV
YLqx0aluY7C2kD+qct/4sauYZRzEdBeRtybrHNQo4t4JZSosb+A5/EDbAa3EnA+Y8RZmDS5XPk9M
9NHBXyTQ9LqR9Tqv2BUErEiJFC3J0LrZV2Vxc5fT9HU5fRw5c3Qqcv0mgkLWvurOJHUXDNIolDgb
SXOwZsJWs5jcdZX8yqppJY1uX10kUkYA865KUAqO076x5/EY6ufesyaamijoaAitkLLIJPmRKb2T
4cIVklZgb2YLpO1pRgOTwlw/n4yqThr9ggdWRy1ZMwWJR1EZnkOkq7oR2OshbSF0o/T3aHAvpGy9
QsuZzTVs5A6t5XSK9rALpInOgAKGaUXAHYv0hc0FDx/mHzTLLAO7SJGgp/fcCMASbexkXx4Jx+6T
kpxs4LNnLobm6tmlT/d01ZbfgD+gwDez70mcPzKVjglgO1mgqZGI/SczLvce3ttbe6+k9LeaZcXk
ybO5I7kWjlLxXAJsJHiLo5F9rwgEk/Tjwy3k1xqm4z5bhSoD1tQ9xctvqhYatVhqPdba9hpx7f8A
Vdxz/rqL+0yf/HwHR6fMGIBA1LNYfX/i9zv73Ee9reF/vvjk53yb4rz4rHm2YRQQCxMUWlhqGwPR
h0I58tqklNr7fcNufhjmAlguYQPsN1NPsfuYvTqSbAG+/nz5xr5jyX4vzK6V2dRpGb6lilezAXAv
FDFFGVNlNmYebkXBGAbHJSfJ8snGQ5aerKiSz1sgZW0lCkZM8gsGkLyRIIox2AHVosAzmxUD0f8A
AkVDn2apTzNNFSU8dM8rADVPI0by2A+kLNTVKBe/Zd2O17f4DBwYDgwGcGDBgK58/wDhPMcvzGPi
LKYes3T6WZ06kkzRLp0sFG7HQqqdFypiiYI3zMY4U9YWSzqDOKimew1K8XUXV7hHi1MwB92SP8vb
FjThf8w+TWUZqS9XRRtIbEypeOUkbDVJGVZ7Dazlh/LAQub1YcPAEiqkP3BaWW/6XQD+Zxzf8MHI
fvqf7P8A/fG//gmcPf6NL/aZf+LHvT+lXh1fNEzf1qqf/wBpBgOVF6vsiJA1VI3FyafYb+TZybDz
sCfzx0x6ruHf9Mk/ss3/AC8dzL/Ttw/GCFyyI3O/UeVz+hkdiB+Ax+q7088PyCzZZCP6hkT3B+w6
nyo/S48Egh0uCudOTZiwjpswhZybKjlonY+AESZUZjcgWUH+7G7lPLzLaOrqc0SCOOaZF60hCqqh
bmR18CMyCxlYW1aQTvqJT/Hno6ymoBNJJLSPvazGaL9UkbX5t4lH6+y2o+BeJszlPDVbVaKWkMck
1RYkywNdaUBrq06ExTaFa2llfWSYY1UH1xf6mMhoyV+NEzbbUiNL/KQfJP5dTEIf1p5OAbUtff2+
TABf8T8Sf/I4mXL70y5HQAE0oqXtYvWnqg382iIEI/D5dx9/vhjZRwLl9OLQ0NLGP91TRLt5+yg9
yT+eArVXet6lBHTyyZvv1zom/wCFle/92Nf/AA4of9VSf2pf+Ti2EOTQLfTBELghrRqLqfINh4O1
xjXquF6N1KvSwMptcNChB9xcFbeQD+mAqU/rkNzbJ/vteu9va/8Ai33Y0p+fvEXEOulynL+ir9jy
xlnaO43vVN04Yrrex0B/4Te2LhwcM0igKtLAANgBCgAHsAAuOoiAAAAWFrAD29rYBc+nflbHkVCt
MCHmY9SqlUbPKRYhb76EACre3gtYF2wycGDAYODAcGAzgwYMAYMGDAGDBgwBgwYMAYxbBgwGcGDB
gDBgwYAwYMGAMGDBgMHBgwYD/9k=
–000e0cd3052e34524a04a07f4b81–

Pada setiap email yang dikirimkan memiliki format boundary header tersendiri. Dengan melihat boundary tersebut maka file attachment dapat dipisahkan dari body email dan dapat di decode menjadi file semula. Berikut ini adalah header dan boundary dari attachment email yang dikirmkan.
Email 1 :
Content-Type: text/plain; charset=US-ASCII; name=”FRSsementara.txt”
Content-Disposition: attachment; filename=”FRSsementara.txt”
Content-Transfer-Encoding: base64
X-Attachment-Id: f_gmasfbni1

–000e0cd3052e34524a04a07f4b81

Email 2 :
Content-Type: image/jpeg; name=”logo-itb-hitam.jpg”
Content-Disposition: attachment; filename=”logo-itb-hitam.jpg”
Content-Transfer-Encoding: base64
X-Attachment-Id: f_gmasekv70

–000e0cd3052e34524a04a07f4b81–

Jawaban soal nomor 2 :
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyadap email adalah sebagai berikut :
1. Install thunderbird untuk memudah penyadapan
2. Buka wireshark dan lakukan filter terhadap smtp
3. Kirimkan email
4. Cek traffic pada wireshark anda, terdapat laporan yang menggambarkan email yang anda kirimkan
Berikut adalah screenshoot file wireshark yang didapatkan :

Starting Point

Harapan dibuatnya blog ini agar bisa membagi pengetahuan ataupun ilmu yang dimiliki penulis.
Tertarik dengan perkataan suatu pembicara pada saat kuliah tamu. k naren yang berkata “make your own credibility”..
Salah satunya adalah membuat blog yang berisi ilmu terutama yang technical. Dan mungkin blog ini bisa digunakan untuk sharing pendapat dan pikiran.

Semoga ini bisa menjadi awal yang baik.